Ibu Tina mengalami mujizat atas penyakit
kanker stadium dua yang dideritanya pada bagian payudara, setelah dia berdoa
dengan tekun kepada Santu Peregrinus, pelindung penyakit kanker. Saat ia
diberitahu bahwa ia menderita penyakit, ini ia tidak bisa tidur, sebab dokter
Indra yang memeriksanya langsung menganjurkan dia untuk segera dioperasi. Tetapi
karena sok dan takut, sambil bergulat, ia mohon penerangan Roh Kudus, apakah ia
menerima anjuran itu atau tidak. Setelah tiga hari bergulat dalam doa yang
sama, ia mengambil keputusan untuk menolak anjuran dokter tersebut. Ia memilih
jalur pengobatan alternatif meminum obat “salvia occidentalis” sambil melakukan
novena selama 27 hari (3 x 9 hari) melalui Santu Peregrinus. Menjelang hari-hari
terakhir dari novena itu ia menerima karunia pengetahuan yang mengatakan
kepadanya: doamu dikabulkan, jangan lupa mengucap syukur !
Untuk memastikan hal tersebut ia kembali
ke dokter yang sama dan membuat pemeriksaan ulang. Sesudah dibiopsi dokter mengatakan
“kankernya tak kelihatan lagi”. Puji Tuhan! Ibu Tina percaya akan kuasa mujizat
yang terjadi atas dirinya, maka setelah itu tak henti-hentinya ia bersyukur dan
bersaksi tentang mujizat yang dialaminya kepada siapa saja yang dijumpainya. Kesaksian
yang berulang-ulang itu adalah nasarnya kepada Tuhan bahwa bila ia mendapat kesembuhan
maka ia akan menceritakan perbuatan Tuhan yang ajaib itu kepada banyak orang. Ia
percaya maka ia berbicara!
Sesudah pertobatannya Santu Paulus
berulang-ulang memberi kesaksiannya tentang mujizat yang dialaminya, mujizat ia
ditangkap Tuhan dalam perjalanan ke Damaskus yang menghantarnya kepada
pertobatan. Namun setelah ia mendapat karunia-karunia Roh Kudus ia tetap rendah
hati mengatakan “harta ini kami miliki
dalam bejana tanah liat, supaya nyata bahwa kekuatan melimpah itu berasal dari Allah
bukan dari dirinya sendiri” (bdk 2 Kor 4:7-15). Mengapa demikian?
St. Paulus tahu bahwa keinginan hati
menjadi sombong dan mencari nama serta kedudukan adalah bagian dari godaan yang
selalu menyerang hidup manusia. Salah satu buktinya dapat kita baca dari Injil
hari ini. Ibu anak-anak Zebedeus datang menghadap Yesus meminta jatah kursi
jabatan, sebelah kiri dan kanan Yesus. Tujuannya jelas yaitu, bila mereka sudah
mendapatkan jatah itu mereka tidak lagi bersaksi tentang mujizat Tuhan tetapi
mereka akan bercerita tentang kebanggaannya mendapat kedudukan tinggi. Justru inilah
godaan terburuk dalam hidup beriman (Mat 20:20-28)
Menjadi saksi selalu berkaitan dengan
pengalaman iman dan pengetahuan kita tentang Allah. Adalah wajar kalau kita
mengalami kehadiran Allah melalui mujizat-Nya kita akan selalu berbicara tentang
kebaikan dan kemurahan-Nya. Akan tetapi bila kita bersaksi, kita perlu sadar
bahwa semua mujizat yang kita terima bukanlah karena kekudusan kita melainkan
karena kebaikan dan kemurahan Allah semata-mata !