Hidup di dunia ini penuh dengan proses dan
usaha pencaharian? Proses pencaharian itu dimulai dengan hal-hal yang duniawi
yang tak sempurna menuju persatuan sempurna yang tak terpisahkan lagi dengan
Dia yang kita cari. Menurut Santa Theresia Avilla proses itu dimulai dari purgativa
(pemurnian motivasi dengan rasa sakit), illuminativa (pencerahan motivasi
sambil membuka diri) dan akhirnya unitiva (persatuan sempurna, yang biasa
disebut perkawinan rohani).
Maria Magdalena memulai pencaharian itu
dengan menikmati kepuasan jasmani yang memberinya kebahagiaan semu, sebab
semuanya bersifat duniawi bahkan membuatnya sangat menderita. Ketika ia bertemu
dengan Yesus, ia bertobat dan mengikuti-Nya. Pada-Nya ia menemukan illuminativa
– pencerahan melalui pengajaran-pengajaran Yesus. Sesudah ia mendengar semua
itu sambil memperhatikan mujizat-mujizat yang dikerjakan Yesus sendiri, ia
ingin menjalin unitiva – persatuan sempurna, yang tidak terkontaminasi lagi
oleh godaan-godaan duniawi. Karena itu ketika Yesus menderita, memikul salib
menuju Golgotha, melihat proses penyaliban dan wafat-Nya di kayu salib,
cintanya kepada Tuhan semakin berkobar-kobar. Tampaknya seperti ia tidak rela
melihat semua itu dan membuatnya susah tidur. Maka tidak heran kalau pada
pagi-pagi buta ia dan teman-temannya pergi ke kubur untuk mengurapi jenasah Yesus
agar awet (Mat 20:1.11-18). Namun ketika tiba di makam Yesus, mereka tidak bertemu
dengan-Nya, selain melihat dua orang malaikat dan seorang penunggu taman. Pencaharian
itu terhenti ketika orang yang disangka penunggu taman itu adalah Yesus
sendiri. Maria Magdalena merasa sangat bahagia dan penuh sukacita. Perasaan ini
meringankan kakinya untuk segera pergi menyampaikan pesan Yesus kepada para
murid-Nya dan berkata: Aku telah melihat Tuhan ! Tuhan yang dicari telah
ditemukan secara sempurna dalam sukacita dan kebahagiaan kebangkitan-Nya.
Kidung Agung dalam bacaan pertama juga
melukiskan kerinduan hati manusia yang mencari persatuan sempurna dengan
Penciptanya. Hal itu dilukiskan bak seorang gadis yang mencari tunangannya
dalam perasaan mabuk cinta yang menggebu-gebu. Ketika dia menemukannya, ia
begitu bahagia dan berkata: “Kutemukan
jantung hatiku, kupegang dia dan tak kulepaskan lagi” (Kid 3:1-4a).
Perjalanan hidup ini penuh dengan pergulatan
dalam proses mencari. Mencari kepuasan dalam banyak hal: mencari diri dan
mengembangkan potensi-potensinya, mengejar cita-cita, mencari nafkah dan harta
serta kebahagiaan di dalamnya, mencari pasangan hidup dan merasakan
kebahagiaannya dalam kebersamaan dengannya, mencari kuasa, nama dan
popularitasnya. Bila pencaharian itu hanya mencapai tingkat purgativa dan illuminativa,
maka pencaharian itu tidak akan sampai pada unitiva. Dalam dua tingkat
permulaan itu kita tidak akan menemukan kebahagiaan persatuan dengan DIA yang
kita cari. Maka kita semua harus berjuang mencapai persatuan dalam tingkat unitiva
yang sempurna agar janji-Nya terpenuhi secara sempurna atas hidup ini. Yesus mengingatkan
kita bahwa untuk sampai ke tingkat itu kita harus melewati pintu yang sempit!