Sesudah kematian Lazarus Yesus datang
mengunjungi Marta dan Maria saudari Lazarus. Dalam suasana kabung terjadi
dialog singkat antara Yesus dan Marta. Pada akhir dialog itu Yesus bertanya
kepada Marta: “percayakah engkau bahwa Akulah kebangkitan dan hidup? Jawab
Marta: “Ya Tuhan, aku percaya”! (Yoh 11:19-27) Puncak karya keselamatan Allah
bagi umat manusia bukan hanya sampai kurban salib tetapi hingga kebangkitan
Yesus. Karena itu St. Paulus bersaksi: “Tetapi
andaikata Kristus tidak dibangkitkan, maka sia-sialah pemberitaan kami dan
sia-sialah juga kepercayaan kamu”. Kalau kita percaya akan kebangkitan
Kristus maka kita pun percaya bahwa Yesus Kristus itu adalah Allah yang hidup, hidup
bersama kita, bahkan tinggal dalam lubuk hati kita yang terdalam dan menyertai
kita hingga alhir dunia.
Ketika Musa turun dari Sinai, ia
memberitahukan kepada seluruh umat segala sabda dan peraturan Tuhan. Mendengar
itu segenap umat serentak menjawab: “Segala sabda yang telah diucapkan Tuhan
itu akan kami laksanakan”. Di balik jawaban singkat ini terkandung kepercayaan
umat akan besarnya kuasa sabda itu, sabda yang menjamin keselamatan kekal. Pada
masa itu mereka mengimani Tuhan karena sabda-Nya, sabda yang kemudian menjelma
menjadi manusia (bdk Kel 24:3-8).
Percaya adalah jalan masuk kepada iman,
iman akan mengobarkan harapan, harapan akan membakar kasih yang biasa-biasa
menjadi kasih yang sejati. Kobaran api dari ketiga kebajikan ini akan membuat
seseorang berkanjang dalam penyerahan diri pada kehendak Tuhan yang mulia, lalu
pada akhirnya mereka akan menjawab Dia dan berkata: “Ya Tuhan, jadilah kehendak-Mu”!