Ada orang yang berpikir apa gunanya
berbagi atau berbuat baik kalau tak ada imbalannya, sehingga mereka enggan
melakukannya. Namun kebanyakan orang percaya bahwa semakin banyak berbuat baik
semakin banyak menerima kebaikan, semakin giat melayani semakin banyak pula
berkat yang diterima. Mereka ini akan bersaksi: jangan berhenti berbuat baik
atau jangan berhenti melayani !
Rumah seorang perempuan kaya di Sunem
sering menjadi tempat singgahan nabi Elisa karena nabi ini sudah pernah
diundang untuk jamuan makan di situ. Demikian kisah yang kita baca dalam bacaan
pertama tadi. Saking mengenal mereka dengan baik, maka nabi Elisa sering mampir
di situ untuk makan atau minum saja, jika ia melewati kota itu. Akhirnya
perempuan ini dan suaminya menyediakan sebuah kamar bagi nabi Elisa sehingga ia
bisa menginap di situ, karena mereka merasa bahwa Elisa adalah seorang pelayan
Tuhan yang saleh.
Suatu saat nabi Elisa bertanya kepada
hambanya Gehazi, apa saja yang dibutuhkan keluarga ini, karena mereka sangat
baik dan membiarkan aku memiliki tempat nginap di rumahnya? Gehazi menjawab:
mereka tak punya keturunan. Sang nabi pun langsung bernubuat: “Tahun depan kamu
akan dikaruniai seorang anak”! Perempuan Sunem itu kurang percaya lalu menjawab
nabi Elisa katanya: jangan bohong pada hambamu ini, ya abdi Allah! (2 Raj 4:8-11.14-16a).
Perkataan perempuan itu tentu tidak membatalkan nubuat yang sudah diucapkan
sang nabi, sebab ia dan suaminya sudah melayani nabi itu di rumah mereka dengan
senang hati.
Kata Yesus dalam Injil hari ini: “Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut
Aku, dan barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.
Barangsiapa menyambut seorang nabi sebagai nabi, ia akan menerima upah nabi,
dan barangsiapa menyambut seorang benar sebagai orang benar, ia akan menerima
upah orang benar. Dan barangsiapa memberi air sejuk secangkir saja pun kepada
salah seorang yang kecil ini, karena ia murid-Ku, Aku berkata kepadamu:
Sesungguhnya ia tidak akan kehilangan upahnya dari padanya” (Mat 10:40-42).
Setiap pengikut Kristus, yaitu Anda dan saya disebut anak Allah, sebab di dalam
diri kita telah berdiam Roh Allah dan juga telah mengalir darah Yesus Kristus
yang menebus dosa kita melalui sakramen pembaptisan. Sebab ketika kita menerima
sakramen ini, kita ibarat mati bersama Kristus dan juga bangkit bersama
Kristus. Kebenaran ini diungkapkan St. Paulus dalam bacaan kedua hari ini,
melalui suratnya kepada jemaat di Roma (Rom 6:3-4.8-11). Sedangkan di dalam diri nabi Tuhan hadirlah yang
mewartakan pertobatan dan keselamatan; dan di dalam diri orang benar Tuhan
hadir sebagai jalan, kebenaran dan hidup. Setiap perbuatan baik yang dilakukan
orang lain kepada kita, kepada nabi dan kepada orang benar akan mendapat upah
kebaikan dari Tuhan sendiri, sebab di dalam diri kita, nabi dan orang benar
hadirlah Tuhan yang selalu menyatakan kebaikan-Nya yang tak terbatas.
Kebaikan Tuhan memang tak terbatas.
Kebaikan-Nya menetap di dalam diri setiap orang yang memiliki kasih dan yang mewujudkan
kasih itu kepada sesamanya. Ketika kasih itu dialirkan melalui perbuatan baik,
maka kasih itu akan mengalir terus dari sumbernya, yakni dari Allah sendiri,
sebab Allah adalah kasih (1 Yoh 4:8). Perempuan Sunem di atas bersama suaminya,
dalam bacaan pertama tadi, memiliki kasih sehingga mereka melayani sang nabi
dengan penuh kasih, karena itu tidaklah mengherankan kalau sang nabi itu
mendoakan mereka agar buah kasih suami istri itu terwujud dengan hadirnya buah
hati yang mereka rindukan dalam hidup mereka sebagai suami istri, sebab sudah
terlalu lama merindukan hadirnya buah hati di dalam keluarganya. Dengan
perbuatan baik yang mereka tunjukkan kepada nabi Elisa, akhirnya keduanya
mendapat berkat nabi.
Jika Anda dan saya percaya bahwa perbuatan
baik itu pasti berbuahkan kebaikan, maka jangan pernah berhenti berbuat baik,
sebab kebaikan tanpa berkat itu mustahil !