Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Minggu, Juli 16, 2017

MENABUR DI TANAH YANG SUBUR !

Seorang petani professional, entah karena berpengalaman bertani atau karena pendidikan yang memadai, pasti tahu bagaimana caranya mereka menyiapkan tanah yang baik untuk menanamkan benih yang baru ke dalamnya sehingga benih itu dapat bertumbuh dan berkembang subur dan menghasilkan banyak buah. Setelah benih bertumbuh mereka juga tahu bagaimana merawatnya, membersihkan rumput, menyiram pupuk, mematikan hama dst, sehingga bisa menikmati panen yang subur.

Petani Israel pada zaman Yesus hidup rupanya memiliki cara yang berbeda dengan petani professional di atas, ketika menanam benih. Mereka tidak menyiapkan tanahnya lebih dengan mencangkul atau membersihkannya, tetapi mereka menabur saja dan membiarkan benih itu tumbuh begitu saja secara alamiah. Karena itu tidak heran kalau benih itu jatuh begitu saja, di tanah pinggir jalan yang keras, di tanah berbatu, di tanah bersemak duri dan lainnya di tanah yang subur. Saat panen, mereka hanya memetik hasil dari tanah yang subur. Yesus tahu sistim pertanian itu dan ia menceritakannya kembali dalam pengajaran-Nya hari ini untuk menggambarkan suasana hati para pendengarnya saat mereka mendengarkan sabda Tuhan dalam pengajaran-Nya pun dari pembacaan Kitab Suci Perjanjian Lama di sinagoga dan kenisah (Mat 13:1-23). Keadaan tanah yang ditaburi benih itu melambangkan suasana hati manusia.


1)    Tanah pinggir jalan: itu melambangkan suasana hati manusia yang keras dan menolak benih sabda karena burung-burung (setan) langsung memakannya.

2)    Tanah bersemak: melambangkan hati penuh noda dosa dan tidak mau bertobat sehingga benih sabda tumbuh sebentar saja kemudian layu dan mati sehingga tidak menghasilkan pertobatan.

3)    Tanah berbatu: melambangkan hati yang dengki sehingga mereka tidak membiarkan benih sabda itu berakar dan bertumbuh. Hati mereka tak berubah.

4)   Tanah yang subur: menggambarkan kerendahan hati manusia yang suka mendengar, menyimpannya dalam hati baik-baik sehingga sabda itu menghasilkan buah-buah kebajikan yang membuat seseorang hidup dengan sukacita.

 Allah sumber sabda dan kehidupan ini, selalu berusaha memelihara iman, harap dan kasih manusia dengan mencurahkan rahmat-Nya secara berlimpah-limpah. Nabi Yesaya menggambarkan curahan rahmat itu seperti hujan dan salju yang turun membasahi bumi, membuat bumi ini subur dan menumbuhkan tumbuh-tumbuhan agar menghasilkan panen yang berlimpah-limpah (Yes 55:10-11). Allah kaya dengan rahmat dan kasih-Nya, Ia memberikan semuanya tanpa mengharapkan balasan kita selain mendengar Dia, taat kepada-Nya agar hidup kita terpelihara dalam damai dan sukacita.

 Mengapa selalu ada penderitaan? Menurut St. Paulus hari ini, penyebab utama dari penderitaan itu tidak lain dari pada sikap hidup manusia yang tidak mau mengubah hatinya untuk menerima rahmat sabda Tuhan. Sabda Tuhan itu jalan, kebenaran dan hidup, namun manusia tidak mau menjadikan hatinya sebagai tanah yang subur supaya rahmat sabda itu bisa bertumbuh, berkembang dan berbuahkan kebajikan-kebajikan yang selaras dengan kehendak Allah. Akhirnya manusia membiarkan dirinya seperti tertimpa sakit bersalin terus menerus dan bergumul menantikan kelahiran anaknya, yang mungkin tidak jadi lahir tetapi mati dalam kandungan ibunya.

Karena itu resep yang ditawarkan Tuhan hari ini supaya hidup ini penuh dengan buah kebajikan, kebaikan dan kebahagiaan adalah “menjadikan hati sebagai tanah yang subur” bagi sabda Tuhan. Dalam bahasa religiusnya, mari mengolah hati dan menyembuhkan semua luka-lukanya agar hati itu sembuh dan subur bagi bertumbuhnya rahmat Allah.  Amin     


Adhitz Ads