Lima tahun lalu, tepatnya 15 Oktober
2012, Keuskupan Ruteng merayakan tahun yubileum agung “PERAYAAN SATU ABAD”
GEREJA KATOLIK DI MANGGARAI. Pada tahun itu seluruh kegiatan umat katolik diarahkan
untuk bersyukur atas “lahir, hidup dan berkembangnya” iman katolik di
Manggarai. Dari lima orang yang dibaptis pertama kali dan setelah satu abad jumlahnya
menjadi 800.000 jiwa, yang tersebar di 80-an paroki. Dari sekian banyak umat
Gereja Katolik Manggarai telah menyumbang 6 orang Uskup, ratusan imam, ratusan
biarawan/ti, serta para awam yang berkompeten pada bidangnya masing-masing yang
diutus ke segala penjuru dunia. Tanah Manggarai ibarat sebuah ladang yang telah
menghasilkan gandum dengan hasil seratus kali lipat. Setelah satu abad pantas
untuk disyukuri sambil mengobarkan semangat baru untuk meneruskan warisan yang
istimewa itu agar tanah ini menghasilkan semakin lebih banyak buah, yang dapat
dijadikan benih unggul untuk, sebagai dasar untuk abad selanjutnya.
Perayaan yubileum seperti di atas
terjadi juga di tempat lainnya di negeri ini bahkan di belahan bumi lainnya
karena mereka menerima warisan yang sama dari iman bangsa Israel dalam
perjanjian lama, seperti yang diceritakan dalam bacaan pertama hari ini. Bagi orang
Israel tahun yubileum (Yobel) adalah tahun suci, tahun pendamaian, tahun
pertobatan, kesempatan untuk menguduskan diri dan membebaskan semua orang yang
tertindas karena perbudakan, penjara, utang piutang dll (Im 25:1.8-17). Tahun yobel
ini harus dirayakan demi pembaharuan cara berpikir, cara bertindak sekaligus
bersyukur atas rahmat dan kasih Tuhan yang tak pernah berkesudahan dalam hidup
manusia. Syukur atas kesetiaan-Nya untuk menyertai, memelihara, dan
menyelamatkan kita mulai dari nenek moyang kita hingga selamanya sampai dunia
ini berakhir dan lenyap.
Namun dibalik warisan yubileum yang
indah ini, seperti tertulis dalam kitab Imamat tadi, kita melihat ada tindakan
tak berperikemanusiaan yang dilakukan oleh raja Herodes di Israel, pada
perayaan ulang tahunnya. Ia memperlihatkan sebuah ketidakadilan bahkan
kekejaman, sebuah pelanggaran atas hak azasi manusia, dengan membunuh orang
suci, Yohanes Pembaptis, guna menyenangkan hati istri dan anaknya. Kekejaman ini
justru dilakukan di depan banyak orang (tamu-tamu istimewa) demi memuaskan hawa
nafsu marah dan dendam, karena keluarga raja ini tidak bisa menerima kristikan
pedas sang nabi itu (Mat 14:1-12). Perayaan ulang tahun usia sebenarnya sebuah
perayaan syukur dan kegembiraan, tetapi sebaliknya ia mempertontonkan
kekuasaan, nafsu jahat dan kekejaman. Sukacita Herodes dimakhotai dengan darah
nabi yang tak bersalah.
Perayaan yubileum raja Herodes
mengorbankan nyawa nabi, bagaimana perayaan yubileum kita? Kitab Imamat hari
ini mengajak kita untuk pulang kembali ke tanah milik kita masing-masing. Apa artinya
ini? Hemat saya perayaan yubileum kita hendaknya dirayakan dengan sikap
berbenah diri, bukan saja untuk bernostalgia tentang kehebatan kita tetapi
untuk membuat diri kita dan orang lain menjadi orang merdeka, yang selalu tahu
bersyukur dan berbuat baik!