Setelah kematian Yosua, bangsa Israel
yang sudah menempati tanah terjanji menurut bacaan hari ini (Hak 2:11-19) hidup
dalam keadaan berdosa, melakukan hal-hal yang tidak patut di mata Tuhan, yaitu:
a)
Mereka
tidak taat kepada pesan Musa dan Yosua, tetapi hanya mengikuti kemauan sendiri.
b)
Mereka
menyembah berhala, dewa-dewi Baal dan para Asytoret, dewa penduduk asli
setempat dan meninggalkan penghormatan kepada Yahwe. Dalam bahasa Kitab Suci
Perjanjian Lama menyembah berhala itu sama dengan berzinah.
c)
Dalam
hal apa pun mereka tidak berhenti berbuat jahat. Mereka tegar tengkuk.
Dalam pandangan perjanjian lama, setiap
pelanggaran akan diganjari oleh hukuman dari Tuhan, yaitu: Tuhan membiarkan
mereka mati di tangan para musuh dan perampok di sekitarnya. Jika mereka maju
berperang, musuh-musuhnya akan selalu menang dan mereka mati binasa. Cara untuk
bebas dari keadaan buruk ini, mereka harus bertobat dan meninggalkan
berhala-berhala serta segala kejahatan yang biasa mereka lakukan.
Pada zaman Yesus bangsa Israel hidup di
bawah penjajahan Romawi. Dalam keadaan seperti ini banyak orang sadar akan dosa
mereka dan ingin kembali ke jalan yang benar dengan bertobat dan berusaha
berbuat baik. Suatu hari seorang pemuda coba bertanya kepada Yesus tentang
syarat untuk memperoleh hidup kekal. Tuhan Yesus menjawab: ia harus taat pada
Taurat Musa – 10 perintah Allah. Jawaban itu tepat dan ia sudah melakukan
semuanya. Lalu Tuhan Yesus meminta dia untuk berkorban, menjual segala
milik-Nya dan mengikuti Dia.
Hal yang tidak patut adalah pelanggaran
berat. Kalau kita ingin memperbaiki diri dari pelanggaran berat itu seseorang
harus melakukan kebaikan dua kali lipat, bukan hanya bertobat dan mengikuti
segala perintah Taurat yaitu:
Pertama: menjual segala
harta milik. Melepaskan diri dari segala keinginan dan perbuatan yang tidak
teratur dan memandang Allah sebagai satu-satunya kekayaan sejati.
Kedua: mengikuti
Yesus. Kekayaan kita yang paling tinggi adalah Yesus Kristus. Dengan mengikuti
Dia, taat kepada-Nya, kita sudah memiliki segala kekayaan surgawi dan duniawi
yang disediakan Allah bagi kita. Dalam Yesus segala yang tidak patut
dibersihkan – hidup kita dikuduskan kembali dan dengan demikian kita bisa
berjuang kembali untuk mengejar kesempurnaan.