Pada masa perang, orang-orang yang
memiliki barang-barang berharga menyembuyikan hartanya di dalam gua atau di
dalam tanah, dengan harapan setelah perang usai mereka dapat mengambilnya
kembali. Mereka yang masih hidup tentu bisa mengambilnya kembali tetapi mereka
yang mati akan lenyap bersama hartanya dan harta itu kemudian menjadi harta
karun. Di kemudian hari para pencari harta karun ada yang bisa menemukan harta yang
mereka cari itu atau orang-orang tertentu ketika mengerjakan ladang, atau membangun
sesuatu di tempat itu bisa saja menemukan harta karun itu secara kebetulan.
Kalau harta karun yang ditemukan itu nilainya mahal, bisa dibayangkan bagaimana
terjadinya luapan kegembiraan orang-orang itu. Rejeki nomplok !
Tuhan Yesus melukiskan kegembiraan
orang-orang itu dengan menjual seluruh harta mereka untuk mendapatkannya. Namun
apa yang dimaksudkan Yesus dengan harta karun (terpendam) dan mutiara yang
mahal itu (Mat 13:44-46)? Tuhan Yesus menyatakan diri-Nya sebagai orang yang
datang dari Tuhan. Setiap orang yang mencari Dia dan bertemu dengan-Nya akan
bersukacita dan bertobat seperti Zakheus atau seperti orang-orang sakit yang
gembira karena disembuhkan. Harta karun atau mutiara yang mahal itu adalah
lambang diri Yesus. Setiap orang yang berjumpa dengan-Nya akan merasakan kehadiran
Allah yang penuh belas kasih, hati mereka diliputi sukacita yang luar biasa terutama
mereka yang menderita, berdosa dan yang mencari Dia. Sebab di dalam Dia mereka mendapatkan segala rahmat yang mereka perlukan
dan yang membuat mereka menikmati hidup baru. Dalam sejarah Gereja sejak awal
hingga saat ini ada yang banyak orang yang berjumpa dengan-Nya, yang mengalami
kasih-Nya, berani meninggalkan segala-galanya untuk menikmati hidup bersama-Nya
(baca: para imam, biarawan/wati, para pewarta Injil). Yesus adalah harta karun
Allah, yang memberi jaminan kebahagiaan rohani dan jasmani. Berulang-ulang saya
katakan dalam renungan-renungan ini: Kalau sudah memiliki Dia, kita sudah
memiliki segalanya !
Musa berdoa dan berpuasa 40 hari 40
malam di gunung Sinai, tanpa makan dan minum. Perjumpaannya dengan Tuhan di
gunung itu membuatnya tidak memerlukan makan minum, ia menjadi kuat rohani dan
jasmani karena kemuliaan Allah menaunginya. Setelah ia menyelesaikan doa dan
puasa itu, wajahnya bercahaya, sehingga ketika ia turun gunung dan berjumpa
dengan umatnya, mereka tidak sanggup memandangnya (Kel 34:29-35). Di gunung
Sinai ia bertemu dengan Tuhan dalam kemuliaan. Pertemuan itu baginya seperti
menemukan harta terpendam dan mutiara yang mahal. Tuhan memberikan kepadanya kebijaksanaan
dan kekuatan untuk dapat memimpin bangsa Israel menuju tanah terjanji.
Musa adalah tokoh pembebas. Sesungguhnya
ia menjadi harta terpendam dan mutiara yang mahal bagi bangsa Israel, sebab ia
menjadi pelopor kemerdekaan bangsa pilihan ini sehingga bisa keluar dari
penindasan di Mesir. Kalau Musa menjadi tokoh pembebas dalam perjanjian lama,
maka Yesus Kristus menjadi tokoh pembebas dalam perjanjian baru yang jangkauan
pembebasannya jauh lebih luas dan lebih mulia daripada Musa, karena Yesus
adalah Tuhan dan Juru Selamat. Yesus membebaskan manusia dari dosa dan maut dan
yang memberi jaminan kepada semua orang untuk masuk hidup kekal bila percaya. Apakah
kita juga bisa menjadi mutiara dan harta karun bagi sesama, keluarga kita
sendiri?