Dalam ilmu hukum kita belajar tentang
azas praduga tak bersalah terhadap orang yang dituduh bersalah, sebelum
seseorang sungguh-sungguh dibuktikan bersalah oleh pengadilan. Dengan kata
lain, “jangan dulu berpikir negatip tentang seseorang sebelum ada pembuktian
hukum atas kasus yang dilakukannya”. Ini namanya azas keadilan harus dijunjung
tinggi, supaya kita tidak menaruh syak wasangka (berpikir negatip) tentang
orang lain, yang membuat kita jatuh ke dalam dosa “berpikir negatip”. Dari segi
rohani berpikir negatip itu buruk – salah karena dapat merusak hubungan dengan
sesama dan menjadi tidak berkenan di hadapan Tuhan.
Harun dan Myriam berpikir negatip
(prasangka buruk) terhadap Musa karena ia memperisteri wanita Kush (bukan
keturunan Yahudi). Menurut hukum Yahudi kawin dengan suku yang bukan Yahudi itu
najis, karena itu Harun dan Myriam menaruh prasangka buruk atas wahyu yang
diterima oleh Musa tentang pembebasan bangsa Israel keluar dari Mesir.
Pertanyaan mereka: “Benarkah Tuhan bersabda dengan perantaraan Musa?, lalu
keduanya meremehkannya. Akibatnya Myriam terkenan penyakit kusta (Bil 12:1-13).
Tuhan membela Musa karena wahyu yang diterima olehnya adalah sesuatu yang
otentik (melihat kehadiran Tuhan melalui semak belukar yang bernyala) dan Tuhan
berbicara langsung kepadanya. Pengalaman rohani Musa tentu bukan sebuah isapan
jempol tetapi sesuatu yang asli dan benar. Orang Israel telah melihat dan
mengalami hasilnya yang dahsyat sejak mereka masih berada di Mesir, terutama
karena Musa itu orang yang paling baik dari antara semua orang Israel pada masa
itu. Musa itu orang pilihan Tuhan dan ia telah melakukan semua perintah Allah
dengan baik.
Dalam perjanjian baru Yesus dipandang
sebagai Musa baru karena pekerjaan Allah yang ajaib atas diri-Nya. Namun
ahli-ahli Taurat dan orang Farisi selalu menaruh prasangka buruk terhadap-Nya
karena mereka melihat Yesus makan tanpa mencuci tangan. Aturan Yahudi mengatakan
itu najis. Menanggapi pikiran buruk itu Yesus meluruskan pandangan mereka
dengan mengatakan: apa yang masuk ke dalam mulut itu tidak menajiskan,
sebaliknya yang keluar dari mulut itu menajiskan apalagi jika dinodai dengan
pikiran dan hati yang menaruh prasangka buruk! (bdk Mat 15:1-2.10-14).
Prasangka buruk atau berpikir negatip itu adalah sesuatu yang tidak berkenan di
hadapan Tuhan karena kita mengadili orang lain dengan pikiran kita, tanpa lebih
dahulu menilai - menyelidiki apakah orang itu benar-benar bersalah atau tidak.
Masyarakat modern sering jatuh dalam
dosa prasangka buruk, lebih lagi dengan semakin berkembangnya tehnologi yang
canggih seperti sekarang ini. Banyak berita palsu tentang seseorang diteruskan
kepada orang lain tanpa menilai – menyelidiki lebih dahulu tentang salah
benarnya berita itu. Dosa prasangka buruk – berpikir negatip kini semakin
menguasai pikiran manusia zaman ini…………..