Saudara-saudara dari Gereja denominasi
memiliki kebiasaan yang sangat bagus dalam hubungan kebiasaan membaca sabda Tuhan dalam Kitab Suci. Mereka mewajibkan anak-anaknya setiap hari untuk
membaca sekaligus menghafal sabda itu dengan bab dan ayatnya. Karena itu jika
mereka mengupas sabda Tuhan dalam pengajarannya mereka selalu bisa
menghubungkan ayat yang satu dengan ayat yang lainnya, dari pengarang yang sama
atau dengan kitab yang berbeda dengan lancar dan luar kepala. Mereka umumnya
hidup dari sabda. Mereka memang punya prinsip sola scriptura = sebuah paham yang mereka anut dalam iman Kristen
terkait perlakuan terhadap Alkitab, sebab para pendiri gereja reformasi ini ingin
agar seluruh jemaatnya selalu menyelaraskan hidupnya berdasarkan Sabda Tuhan.
Musa dalam Kitab Ulangan hari ini
meminta agar sabda Tuhan, khususnya tentang ajaran cinta kasih itu hendaknya
diajarkan berulang kali dengan cara membicarakannya kepada anak-anak saat
berada di rumah, dalam perjalanan, saat berbaring dan bangun, bahkan harus
dipasang di dahi, dituliskan pada tiang pintu rumah bahkan gerbang, supaya anak
cucu mereka tidak melupakan Tuhan (Ul 6:4-13). Dengan kebiasaan ini mereka bisa
terhindar dari penyembahan berhala dan hanya mengasihi Tuhan dengan segenap hati,
jiwa dan raga. Sabda Tuhan akan menjadi benteng yang kuat menghadapi godaan dan
tantangan, terutama membantu mereka untuk takut dan setia pada Tuhan saja. Kitab
Kedua Samuel bab 22 ayat 31 mengatakan: Adapun Allah itu jalan-Nya sempurna;
sabda Tuhan itu murni; Dia menjadi perisai bagi semua orang yang berlindung
pada-Nya.
Salah satu tujuan utama membaca, mempelajari
dan menghafal serta menghayati sabda Tuhan adalah membantu kita untuk mengenal
dan mengimani Tuhan serta janji-janjiNya, sekaligus berguna untuk memahami
seluruh rencana Allah bagi umat-Nya. Para murid Yesus gagal melaksanakan misi
penyembuhan atas diri seorang anak yang sakit ayan, karena mereka tidak
mengimani kehadiran dan kuasa Allah yang telah mereka terima dari Tuhan. Karena
itu Yesus mengeritik mereka dan berkata: "Hai
kamu angkatan yang tidak percaya dan yang sesat, berapa lama lagi Aku harus
tinggal di antara kamu? Berapa lama lagi Aku harus sabar terhadap kamu? Bawalah
anak itu ke mari!" Lalu mereka bertanya: "Mengapa kami tidak dapat mengusir setan itu?" Jawab-Nya
kepada mereka: "Karena kamu kurang
percaya. ……..Sesungguhnya sekiranya kamu mempunyai iman sebesar biji sesawi
saja kamu dapat berkata kepada gunung ini: Pindah dari tempat ini ke sana, --
maka gunung ini akan pindah, dan takkan ada yang mustahil bagimu” (Mat
17:14-20). Kegagalan para murid dalam menjalankan misi itu tidak lain karena
kurang percaya. Mengapa kurang percaya? Salah satu jawabannya adalah karena
kurang membaca, mendengar dan mengerti dan tidak mengimani sabda-Nya, padahal Ia
telah memberi kuasa kepada mereka untuk menyembuhkan yang sakit dan mengusir setan.
Supaya iman dapat
bertumbuh subur, iman itu harus disuburkan dengan membaca, mendengar,
mempelajari sabda Tuhan berulang-ulang sebagaimana terjadi dalam kebiasaan
orang Israel sesuai perintah Musa atau seperti kebiasaan keluarga-keluarga dari
Gereja Reformasi – atau Gereja-Gereja denominasi…..