Diangkat menjadi pemimpin pada zaman
modern ini tidaklah gampang, sebab hidup tingkah para pemimpin dimonitor dengan
pelbagai cara, segala gerak geriknya berada dalam sorotan dari pelbagai macam orang.
Orang-orang yang dipimpinnya amat berharap dia bisa menjadi tokoh panutan bagi
semua orang dalam kata dan perbuatan, tidak menjadi batu sandungan dan
merugikan nama baiknya, serta intitusinya yang dipimpinnya. Tugas seorang
pemimpin pada zaman ini juga tidaklah mudah, ia dituntut dapat mengatasi kesulitan
dan penderitaan mereka yang dipimpinnya, ia juga diharapkan dapat menyelesaikan
masalah yang dihadapi oleh semua orang yang dipimpinnya, membela hidup mereka
dan juga menjadi pelopor kemajuan dalam bidang kehidupan yang masih terasa
kurang, dst.
Yesus dan para murid-Nya sudah menjadi
tokoh terkenal di antara masyarakat Yahudi. Yesus menjadi pusat cerita, gossip,
pertengkaran serta kekaguman di antara masyarakat Yahudi karena kehebatan-Nya
dalam pengajaran serta kuasa Ilahi yang dikerjakan-Nya. Para pemimpin, tokoh
agama, pemuka masyarakat, rakyat kebanyakan telah melihat dan mendengar banyak
tentang Yesus. Yesus jadi tokoh sanjungan dan juga perdebatan.
Suatu saat seorang pemungut pajak bait
Allah bertanya kepada Petrus: apakah gurumu tidak membayar pajak dua dirham? Petrus menjawab, memang membayar. Tetapi sesungguhnya
kewajiban itu dilakukan oleh orang asing, bukan oleh rakyat Yahudi sendiri. Namun
Yesus mengatakan: “kita tak boleh jadi
batu sandungan, sebaiknya dibayar saja”. Ia menyuruh Petrus untuk
melaksanakan tugas pembayaran itu. Menjadi batu sandungan, menjadi contoh yang
menimbulkan kontroversi di antara orang lain karena perbuatan kita yang salah. Dengan
menyuruh Petrus melakukan pembayaran maka Yesus menghendaki para murid harus
memberi contoh yang baik dalam segala kewajiban mereka terhadap Negara atau
pemerintah (Mat 17:22-27)
Dalam perjanjian lama Musa menuntut
orang Israel agar taat pada hukum-hukum Ilahi yang telah mereka dengar dari Musa,
demi keselamatan dan kesejahteraan mereka sendiri. Hukum Ialhi itu mengatur
tata tertib beriman agar tidak menyeleweng kepada berhala-berhala yang dibenci
Tuhan. Sebab Tuhan sajalah yang empunya langit dan bumi dan segala isinya,
bukan manusia dan bukan juga raja-raja di bumi. Dengan maklumat Musa ini, Tuhan
menuntut ketaatan umat Israel sebagaimana nenek moyang mereka, Abraham, Ishaak
dan Yakub telah taat pada Allah dan seluruh keturunannya diberkati. Waktu mereka
ke Mesir jumlahnya hanya 70 orang dan sekarang mereka banyak seperti bintag di
langit (Ul 10:12-20). Dengan tuntutan ini bangsa Israel tidak boleh menjadi
batu sandungan dalam hubungan dengan ketaatan kepada Allah. Setia dalam iman
kepada Allah dan hukum-hukum-Nya akan menjadi berkat bagi mereka dan berkat itu
telah menjadi nyata.
Semua orang yang percaya pada Tuhan “tidak boleh menjadi batu sandungan”
bagi siapa pun. Meskipun kita mungkin bukan pemimpin, tetapi kita semua adalah
anak-anak Allah yang memiliki jaminan menjadi ahli waris Kerajaan-Nya. Agar
warisan itu tidak lenyap maka semua pengikut Yesus Kristus harus menjadi tokoh
panutan bagi sesama di sekitarnya !