Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Minggu, Agustus 06, 2017

WAJAHNYA BERCAHAYA SEPERTI MATAHARI !

Kita sering kagum pada sesama yang hidupnya benar dan saleh, terutama pada mereka yang sering bermeditasi dan berdoa. Dari wajahnya kita bisa melihat adanya aura kesalehan itu, seperti misalnya adanya cahaya keceriaan, damai dan ketenangan. Kita suka melihat mereka.

Tuhan Yesus, sebagai Anak Allah, dalam keseharian-Nya di tengah para murid dan orang banyak telah menampakkan aura kesalehan itu. Kemana saja Ia pergi dan berada, Ia selalu dikelilingi oleh begitu banyak orang, dalam bahasa Kitab Sucinya “berbondong-bondong” orang mengikutinya. Namun pada suatu saat Ia ingin naik gunung, Ia hanya mengajak tiga murid menyertai-Nya yakni: Petrus, Yakobus dan Yohanes. Di depan mata mereka, di puncak gunung itu, Ia berubah rupa, wajah-Nya tampak bersinar seperti matahari dan pakaiannya putih bersinar seperti terang. Sebuah penampakan yang aneh tetapi mengagumkan.

Pada yang sama mereka melihat Dia sedang berbicara dengan Musa dan Elia. Pemandangan yang mulia itu menimbulkan kebahagiaan yang amat sangat bagi ketiga murid itu, sehingga tanpa sadar Petrus meminta Yesus supaya mereka membangun tiga kemah di tempat itu. Sementara berkata demikian, tiba-tiba mereka mendengar suara yang berkata: "Inilah Anak yang Kukasihi, kepada-Nyalah Aku berkenan, dengarkanlah Dia." Mendengar suara itu ketiganya ketakutan. Tetapi Yesus menenangkan mereka dengan pesan-pesan tertentu, terutama agar tidak menceritakan pengalaman itu kepada siapa pun (Mat 17:1-9).

Pengalaman yang mengagumkan itu membuat Petrus dan dua murid lainnya merasa bahagia dan nyaman. Hal itu diungkapkan Petrus dengan mengatakan: "Tuhan, betapa bahagianya kami berada di tempat ini”. Dengan kata lain, Petrus ingin tinggal di situ, dia tidak ingin pulang, bahkan ia ingin mendirikan tiga kemah di situ. Pengalaman ini dalam hidup teologi disebut “fascinosum et tremendum” – mengagumkan dan menggetarkan seluruh jiwa raga. Menimbulkan rasa takut suci, tidak ingin melepaskannya kembali. Sama halnya dengan pengalaman orang-orang lain, ketika mengalami sentuhan rahmat Allah yang khusus, pengalaman itu akan sulit dilupakan dan mereka selalu ingin tinggal bersama-Nya. Pengalaman yang sangat mengobarkan semangat !

Dalam suratnya hari ini Petrus menceritakan lagi pengalaman itu sebagai pengalaman yang mengesankan dan yang membuat dia selalu hidup dalam harapan akan sesuatu yang baik (2 Petr 1:16-19). Tuhan selalu menyediakan atau mengerjakan yang terbaik bagi kita, sehingga ia mengajak para pembacanya supaya percaya kepada kesaksiannya. “Alangkah baiknya kalau kamu memperhatikannya sama seperti memperhatikan pelita yang bercahaya di tempat yang gelap sampai fajar menyingsing dan bintang timur terbit bersinar di dalam hatimu”.

Pengalaman Petrus tentang kemuliaan Allah juga dialami oleh nabi Daniel dalam perjanjian lama. Pengalaman kehadiran Allah bukan isapan jempol tetapi sebuah pengalaman nyata yang bisa dirasakan dalam hidup ini. Kita bisa menciptakan kehidupan surga jika saja kita selalu taat pada kehendak Allah. Tuhan sudah menunjukkan kepada kita bahwa Yesus itu, Anak yang dikasihi-Nya, dan Allah berkenan kepada-Nya. Semua orang yang percaya kepada Allah bisa mengalami kemuliaan Allah, bila mereka mau mendengarkan Yesus dan taat kepada-Nya.


Adhitz Ads