Ada banyak orang yang memberi kesaksian tentang
“iman yang menyelamatkan” dalam hidup harian mereka. Untuk itu mereka giat
berdoa dan menjalankan semua kewajiban rohani, sebagai tanda syukur atas apa
yang telah mereka alami dari kebaikan dan kemurahan Tuhan. Mereka berkata:
tanpa Tuhan mereka tak dapat berbuat apa-apa! Sebaliknya tidak sedikit juga
orang yang mengabaikan peran Tuhan dalam hidup mereka. Mereka berkata: “Untuk
apa berdoa dan mengikuti kegiatan rohani. Hidup ini sama saja. Lahir, hidup,
bekerja dan mati”; bahkan menolak Tuhan dan karya-Nya.
Bacaan Injil hari ini (Mat 15:21-28) mengajarkan
kita tentang sebuah kenyataan hidup yang pasti dialami oleh setiap manusia,
baik dalam keluarga, komunitas, masyarakat maupun dalam hidup bernegara. Tak
ada manusia yang sempurna dan tak pernah ada manusia yang tidak memiliki
persoalan. Jika anak-anak manusia mengalami kenyataan ini, apakah mereka bisa
mengatasinya sendiri? Ya, ada yang bisa dan ada yang tidak. Jika tidak kemana
kita berlari?
Ibu dari anak dalam injil hari ini
mengalami kesulitan yang tidak bisa dia atasi sendiri. Ia datang kepada Yesus.
Yesus memuji imannya. Meskipun awalnya dia ditolak tapi dengan iman ia terus
menerus memohon, lalu Yesus mengabulkannya. Jawab Yesus: “Hai ibu, besar
imanmu, maka jadilah padamu seperti yang kaukehedaki”. Anaknya sembuh. Ibu ini
menunjukkan iman yang menyelamatkan.
Guna membangun iman yang teguh seperti
ibu di atas, nabi Yesaya (Yes 56:1.6-7) menyarankan pedoman hidup sebagai
berikut:
·
Taat
kepada hukum-hukum demi tegaknya keadilan.
·
Layani
orang-orang asing dengan penuh kasih, sebab perbuatan baik berbuahkan kebaikan.
·
Hormatilah
hari Sabat, sebab setiap doa akan mendatangkan berkat dalam hidup
·
Berpegang
teguh pada perjanjian, setia dalam janji kepada Tuhan sebab Tuhan selalu setia
janji-Nya pada kita.
·
Jadikan
hidup sebagai rumah doa, di mana Tuhan selalu hadir untuk menyertai hidup dan
karya.
St. Paulus dalam bacaan kedua (Rom
11:13-15.29-32), menggarisbawahi aspek ketaatan ini karena ketaatan adalah
tanda kesetiaan kita kepada Tuhan serta seluruh perjanjian yang kita lakukan
kepada-Nya. Ketaatan adalah tanda pengakuan kita terhadap Tuhan sebagai pencipta
kita, sekaligus tanda ketergantungan kita yang abadi kepada kuasa-Nya. Dalam
ketaatan terwujud iman kita yang menyelamatkan.
Iman dan pengakuan kita terhadap Tuhan
pasti menyelamatkan. Tuhan menyelamatkan kita karena kita percaya kepada-Nya
dan karya keselamatan-Nya.