Berbicara tentang Yesus Kristus tanpa
memperhatikan peran bunda-Nya Maria, sama dengan mengabaikan peran Allah yang telah
memilih Maria menjadi “pemilik anugerah surgawi dalam kandungan dan dalam kasih
keibuannya”. Ketika malaikat Gabriel datang menyampaikan pesan istimewa
kepadanya, ia memberi jawaban sangat positip “jadilah padaku menurut
perkataanmu itu”. Melalui jawaban penuh iman ini Bunda Maria mengambil bagian
secara penuh dalam karya keselamatan Tuhan bagi umat manusia. Dalam perjanjian
Hawa menolaknya dengan berlaku tidak taat tetapi dalam perjanjian baru, Hawa
baru yaitu Maria dengan menjawab “ya” dan berlaku taat. Terima kasih Bunda
Maria !
Kabar sukacita kepada Maria menjadi
sumber kegembiraan bagi Elisabeth, sebab ketika Bunda Maria datang
mengunjunginya, bukan hanya Elisabeth yang bergembira tetapi anak dalam
kandungannya juga ikut bergembira. “Siapakah
aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? Sebab sesungguhnya, ketika
salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan”.
(Luk 1:39-56). Seluruh kehidupan Maria sungguh membawa penghiburan dan
kegembiraan bagi semua orang yang percaya kepada puteranya, sebab ke mana-mana
ia pergi da di mana saja ia berada, ia selalu menggendong – menghadirkan Yesus
Kristus. Maka setiap orang yang berjumpa dengannya entah secara langsung pun
secara tidak langsung (melalui doa-doa devosi Maria) akan selalu bersukacita
dalam perjumpaan itu. Dalam iman kita tahu dengan pasti bahwa segala doa kita
bersamanya akan dilanjutkan olehnya kepada puteranya itu, sehingga dalam ajaran
Gereja Katolik dikatakan: per Maria ada Jesum – melalui Maria kepada Yesus.
Dalam hubungan dengan Yesus, kesucian
Bunda Maria tak terbantahkan lagi karena bejana kandungannya harus menjadi tak
bernoda untuk menghadirkan Kristus Yesus ke dalam dunia. Kebenaran ini adalah sebuah
keyakinan dogmatis dari Gereja Katolik yang memahami keagungan karya Allah bagi
umat manusia. Sebab tak mungkin Allah melakukan hal yang salah atas wahyu Ilahi
yang dikerjakan-Nya sendiri dalam diri setiap mereka yang terpanggil untuk
mengambil bagian dalam karya keselamatan ini.
Yohanes bersaksi melalui tulisannya
dalam Kitab Wahyu yang dibaca hari ini, ia bersaksi melihat sebuah tanda besar
di langit: “Seorang perempuan
berselubungkan matahari, dengan bulan di bawah kakinya dan sebuah mahkota dari
dua belas bintang di atas kepalanya. Ia sedang mengandung dan dalam keluhan dan
penderitaannya hendak melahirkan ia berteriak kesakitan” (bdk Why
12:1-6a.10ab). Kesaksian ini menjadi salah satu dasar biblis dari Gereja yang
mengesahkan ajarannya tentang dogma Maria diangkat ke surga. Ajaran ini logis
karena tak mungkin Yesus membiarkan ibunya sendiri mengalami kematian sama
seperti manusia berdosa lainnya.
Kata St. Paulus dalam suratnya Kristus
telah mengalahkan musuh terakhir yang adalah maut. Kalau maut telah Ia kalahkan
maka maut juga tak akan merenggut jiwa raga Maria ibunya sendiri, sebab ia
telah bersatu dengan bunda-Nya sejak dalam kandungannya hingga wafat-Nya di
kayu salib dan kebangkitan-Nya dari antara orang mati.
Dengan ajaran hari ini kita pun yakin
Maria akan menyertai para pengikut puteranya dari awal hingga akhir hidup jika
mereka tekun memohon pertolongannya dalam devosi-devosi Maria. Pintu surga pun
terbuka bagi mereka.