Para pemimpin tidak hanya mengarahkan
semangat kepemimpinan mereka ke satu arah saja tetapi kepada semua arah,
berputar hingga 360 derajat, ke utara, selatan, timur dan barat. Mereka belajar
mempengaruhi mereka yang dipimpinnya, juga otoritas yang ada di atasnya,
mempengaruhi rekan-rekan kerjanya. Tetapi yang terpenting adalah bagaimana
caranya agar jarum kompas tetap berada di tengah-tengah dengan memimpin diri
mereka sendiri – menjaga diri mereka sendiri agar tetap selaras sehingga mereka
dapat memberikan arah maksimum bagi orang lain, demikian kata Bill Hybels dalam
bukunya tentang Kepemimpinan Yang Berani ! Namun bila seorang pemimpin bermental
kerupuk, tak punya integritas serta tidak mampu menjaga dirinya sebagai pusat
yang memberi pengaruh positip, sebab semangatnya patah sampai mengeringkan
tulang, kata penulis Amsal.
Para pemimpin suku Israel yang dikirim
sebagai peninjau ke tanah terjanji mengagumi tanah itu sebagai tanah yang subur
“berlimpahkan susu dan madu”. Namun hati mereka kecut dan takut ketika
menyaksikan penduduknya yang perawakannya lebih tinggi dan lebih besar dari
mereka sendiri. Lalu mereka mempengaruhi anggota sukunya masing-masing dengan
bualan yang berlebihan, sehingga seluruh bangsa itu menjadi takut (Bil 13:1-2a.25-14:26-29.34-35).
Para pemimpin itu mematahkan semangat rakyatnya masing-masing dan semangat
mereka sendiri untuk memasuki tanah terjanji. Akibatnya para pemimpin itu dan
semua yang berusia dewasa tidak sampai ke tanah itu, tidak menikmati semua
janji Tuhan melalui Musa dan nenek moyangnya di masa lalu. Keputusasaan
mengeringkan tulang, meracuni daya juang dan membuat orang gagal.
Sebaliknya wanita Kanaan dalam cerita
Injil hari ini sungguh bermental baja. Meski pada awalnya Tuhan Yesus tidak mau
melayani dia namun ia terus saja berseru memohon belaskasih-Nya, hingga Yesus
berhenti dan bersoal jawab dengannya. Kata kunci yang diucapkannya dengan penuh
iman adalah: biarlah remah-remah yang
jatuh dari meja tuan itulah yang dimakan anjing-anjing. Wanita itu tidak
peduli pada cap yang dia terima, ia fokus pada imannya akan Tuhan karena sayang
pada anaknya. Akhirnya ia mendapatkan apa yang dia inginkan dari Tuhan, anaknya
dibebaskan dari gangguan roh jahat (Mat 15:21-28). Imannya menyelamatkan
anaknya. Memperhatikan reaksi Yesus, tampaknya ia tidak peduli pada penderitaan
manusia, selain pada imannya. Wanita itu mendatangi Yesus dengan penuh harapan
agar anaknya disembuhkan. Doa penuh harapan inilah yang bisa menghentikan
langkah Tuhan dan memberinya mujizat. Semangat doa penuh harapan membuat
semuanya terjadi.
Keberanian wanita Kanaan ini dan imannya
yang pantang menyerah ini adalah contoh yang baik bagi setiap orang yang
percaya kepada Tuhan. Apakah Anda seorang pemimpin atau tidak, maju mundurnya hidup
Anda ditentukan oleh cara Anda beriman dan bersikap !