Kita mungkin mengenal banyak saudara di
antara kita yang menulis buku-buku dengan pandangan-pandangannya yang bagus, mungkin
juga memuji banyak saudara yang kotbahnya menarik, namun dalam hidup praksis
mereka gagal mewujudkan pandangannya dan kotbahnya, bahkan menjadi batu
sandungan. Mereka menjadi tokoh antagonis (jahat) karena sikap dan perbuatan
mereka yang tidak sesuai dengan pandangan dan kotbahnya atau tidak selaras
dengan tuntutan hidup kristiani yang baik.
Tuhan Yesus dalam pengajaran-Nya hari
ini (Mat 23:1-12) menasihati banyak orang dan para murid-Nya, agar tidak
mengikuti sikap hidup orang Farisi dan ahli Taurat, sebab “mereka hanya tahu
mengajar tetapi tidak melakukannya, bahkan memberi beban berat kepada umat
tetapi mereka sendiri tidak menyentuh beban itu”. Bagi kebanyakan orang Israel
dan juga bagi Yesus sendiri, ahli taurat dan orang Farisi adalah tokoh-tokoh
antagonis di tengah masyarakat. Mereka mengajar banyak kebenaran menurut adat
istiadat dan hukum Taurat tetapi mereka sendiri tidak menunjukkan keteladanan.
Bahasa kritis yang sering dipakai pada abad ini bagi orang-orang seperti itu,
mereka adalah manusia NATO – “no action talk only”. Hidup mereka
bertentangan dengan apa yang mereka ajarkan. Seperti kata Yesus dalam Injil
hari ini: mereka menaruh beban-beban berat pada bahu orang lain, rakyat kecil,
tetapi mereka sendiri enggan memikulnya, sebab mereka suka mencari penghormatan
di mana-mana, di pasar, di jalan, di tempat-tempat pesta, dalam rumah ibadat……
Sikap kaum Farisi dan ahli Taurat amat
berbeda dengan sikap Rut dalam bacaan pertama (Rut 2:1-3.8-11;4:13-17). Ia
orang Moab. Dia sudah belajar banyak tentang hukum Taurat dan kebenarannya
melalui Naomi. Dia percaya, taat dan tulus kepada semua kebenaran yang
diajarkan itu. Bahkan ia menjadi teladan bagi banyak orang Israel, karena itu
Boas, bangsawan Israel sangat tertarik padanya lalu memperisterinya. Dari
padanya lahir Obed, ayah dari Isai. Keluarga Isai melahirkan Daud. Tuhan
memilih orang baik dan benar untuk meneruskan rencana keselamatan-Nya. Teladan
hidup menarik hati Tuhan sehingga ia terpilih menjadi nenek moyang dari
keturunan yang kemudian menjadi raja yang amat terkenal yakni: Daud. Sifat
takwa, setia dan tulus adalah kebajikan-kebajikan yang membawa berkat bagi
hidup manusia. Maka berbahagialah orang yang takwa karena mereka dibenarkan
Tuhan, begitu kata pemazmur. Rut mengajar bukan dengan kata-kata tetapi dengan
teladan hidup yang saleh, benar dan baik.
Integritas keteladanan dalam hidup
kristiani jauh lebih menarik dari pada kotbah, pidato, renungan serta
tulisan-tulisan yang indah tentang Tuhan dll. Paus Fransiskus kemarin, seperti
dirilis kompas.com mengatakan: rajin beribadah tanpa berbuat baik itu percuma, (rajin
berbicara tanpa teladan itu sia-sia; iman tanpa perbuatan pada hakekatnya
adalah mati). Tetapi yang paling menarik di atas semuanya itu adalah jika
kotbah dan pandangan yang indah itu disertai keteladanan yang baik.