Perjumpaan
dengan Tuhan dalam liturgi ditandai dengan pelbagai macam simbol. Salah satu
simbol yang mencolok dalam masa adventus ini adalah 4 lilin yang dipasang dalam
lingkaran adventus, 3 berwarna ungu dan satu berwarna putih ceria dengan
sedikit kemerahan. Tiga warna ungu jelas artinya: tobat yang mengobarkan
harapan akan pembebasan. Putih ceria agak kemerahan adalah kegembiraan, sebab
Dia yang dinantikan kedatangan-Nya sudah semakin dekat (semakin dekat ke pesta
kelahiran-Nya). Karena itu ajakan dalam thema renungan hari ini tepat: Allahmu datang, bersoraklah dan kuatkan
hatimu!
Masa
krisis di tempat pembuangan Babilonia adalah masa yang terpahit dalam
perjanjian lama, masa di mana iman, harapan dan kasih kepada Tuhan
sungguh-sungguh diuji. Nabi Yesaya menggambarkan keadaan di masa itu seperti
situasi padang gurun, padang kering dan padang belantara: panas, gersang, perih
yang membuat bangsa Israel bisa mati kepanasan dan kehausan, serta lemah tak
berdaya. Tetapi dalam nubuatnya Yesaya berkata: semua padang itu akan bergirang
dan bersorak sorai, seperti bunga yang ia akan berbuah lebat karena Allah
sendiri datang menyelamatkan mereka. Kuatkanlah
hatimu dan janganlah takut! Jika Tuhan datang mereka akan menyaksikan orang
buta melihat, tuli mendengar, si lumpuh berjalan dan melompat dan si bisu akan
bersorak sorai. Nubuat ini tentu sangat mengobarkan harapan dari sisa bangsa
Israel untuk semakin mengandalkan Tuhan supaya bertahan dalam penderitaan
mereka dengan terus menerus bertobat, berdoa dan berpuasa. Hanya dengan cara
itu mereka dihibur dan dikuatkan, kemudian bisa dibebaskan dan dipulangkan ke
tanah airnya (Yes 35:1-6a.10)
Yohanes
Pembaptis berada dalam situasi seperti dalam masa pembuangan bangsa Israel di
Babilon karena ia sudah ditangkap oleh Herodes dan dipenjarakan. Ia juga rindu
akan pembebasan teristimewa rindu untuk melihat Mesias yang telah dijanjikan dan
dinubuatkan dalam perjanjian lama, meskipun ia sendiri sudah membaptis Sang
Mesias ini di sungai Yordan. Dari dalam penjara ia sudah mendengar semua hal
ajaib yang dikerjakan Yesus, maka untuk mendapat kepastian tentang semua itu ia
mengutus para muridnya untuk bertanya: apakah mereka harus menunggu orang lain
ataukah Yesus itulah Mesias?
Jawaban
Yesus amat implisit tetapi mengandung kebenaran sekaligus merupakan jawaban atas
nubuat dari para nabi. Katakan kepadanya tentang semua hal yang kamu dengar: orang buta melihat, lumpuh berjalan, bisu
berbicara, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin diberitakan kabar
baik. Berbahagialah orang yang tidak sangsi dan tidak menolak Aku! (Mat
11:2-11). Para murid Yohanes pulang dan memberi jawaban itu. Mendengar jawaban
itu Yohanes pasti sangat bersukacita karena nubuat para nabi benar adanya.
Kita
mengimani seseorang yang sudah ribuan tahun dijanjikan dan dinubuatkan para
nabi Israel. Semua nubuat tentang Yesus Kristus dalam perjanjian lama sudah
terpenuhi. Para murid Yesus tidak menyangsikan kebenaran ini. Mereka telah
melihat semua pekerjaan Yesus secara langsung sejak mereka dipanggil hingga
Yesus naik ke surga. Meskipun waktunya amat singkat namun kebenaran Allah tidak
ditentukan oleh lama tidaknya Dia hidup dan berkarya, juga tidak ditentukan
oleh semua argumentasi manusiawi yang menolak-Nya. Karena itu pesta natal yang
akan kita rayakan dua minggu lagi adalah perayaan iman untuk mengenangkan
kembali kedatangan-Nya yang menyelamatkan. Oleh karya-Nya kita telah ditebus
dan diselamatkan.
Kita
tetaplah bersorak dan bergembira merayakan pesta kelahiran-Nya! Seburuk apapun situasi
yang kita alami saat ini, tidak akan merubah keyakinan dan kegembiraan kita
akan DIA, yang telah datang dan akan datang lagi mengadili orang hidup dan mati!
Berbahagialah
orang yang tidak sangsi dan tidak menolak DIA. Sebagaimana St. Yohanes
menasihati orang Kristen awal untuk bersabar dan tidak saling mempersalahkan,
maka demikianlah kiranya kita saat ini hendaknya tetap bertekun dalam pertobatan,
sambil berdoa dan berpuasa. Amin