Suatu
ketika, pada saat liburan sekolah, di tahun 1970-an, ayah ibu pergi mengunjungi
salah seorang anggota keluarga mereka yang sakit berat di kampung yang lain. Perjalanan
ke kampung itu membutuhkan waktu 2 hari karena harus berjalan kaki. Keduanya mengatakan
bahwa mereka pergi agak lama kurang lebih dua minggu. Maka segala tanggung
jawab untuk menjaga rumah dan adik-adik diserahkan kepada saya, sebagai anak
sulung. Ayah memberi nasihat agar kami harus menjaga rumah dengan baik, tak boleh
ada satu pun yang hilang, baik peralatan dalam rumah maupun ternak ayam,
kambing dan babi. Kebutuhan makan minum cukup tersedia dan kami dinasihati
supaya hemat dan tertib.
Kepergian
ayah ibu untuk waktu dua minggu menimbulkan kesepian yang luar biasa meskipun
saya sudah berada di jenjang pendidikan SMA. Kecemasan saya bagaimana kalau
adik-adik sakit dan bagaimana kalau ternak ada yang hilang, demikian pun dengan
peralatan rumah tangga. Dalam kecemasan itu kebiasaan doa bersama tetap kami
lakukan sehingga segala perasaan negatip akan kehilangan sirna dengan
sendirinya. Ketika ayah ibu pulang saya dinyatakan lulus karena bisa menjaga
rumah, adik-adik dan lain-lainnya dengan baik. Selama berada di kampung yang
lain itu ayah ibu juga selalu merasa cemas akan keadaan kami, tetapi kecemasan
itu mereka bawa dalam doa kami semua baik-baik adanya. Hemat saya, semua manusia, jika
rasa cintanya besar, pasti mempunyai perasaan yang sama dalam hubungan dengan anak,
keluarga serta harta miliknya yaitu selalu berharap semoga tak ada yang hilang
dan semoga semuanya baik-baik saja.
Tuhan
sebagai Bapa yang mahabaik dan penuh kasih sayang memiliki perasaan kasih yang
lebih dalam terhadap setiap anak manusia. Dalam perumpamaan-Nya hari ini,
perasaan cinta Tuhan yang besar itu dilukiskan Yesus dalam perumpamaan tentang seorang
gembala yang baik. Jika seekor anak dombanya hilang ia akan mencarinya sampai
ditemukan kembali. Alasanya: gembala itu tidak mau kalau salah satu dari
domba-Nya itu hilang. Perumpamaan ini
menggambarkan sifat Allah yang mahabaik terhadap semua anak manusia. Ia menghendaki
semua anak manusia tinggal bersama-Nya dan tak boleh satu pun dibiarkan hilang (bdk
Mat 18:12-14).
Pada
masa pembuangan di Babilonia banyak orang dari bangsa terpilih, bangsa Israel
itu hilang karena menderita sakit, kelaparan, kematian, penindasan, hukuman dan
ketidakadilan dan kekejaman. Namun keadaan seperti itu tidak dibiarkan
berlama-lama. Setelah mereka bertobat dan kembali menjaga hukum Taurat dsb,
Allah mengutus nabi Yesaya untuk menyampaikan pesan pengharapan bahwa Allah
sendiri akan datang menghibur dan menolong serta membebaskan mereka. Ia akan
bertindak “seperti seorang gembala yang
menggembalakan kawanan ternak-Nya dan menghimpunkannya dengan tangan-Nya;
anak-anak domba dipangku-Nya, induk-induk domba dituntun-Nya dengan hati-hati” (bdk
Yes 40:1-11). Mengapa? Allah rindu
supaya tak satu pun dari anak manusia itu hilang, murtad dan pergi. Keselamatan Allah disediakan untuk semua anak
manusia!