Sepandai-pandainya
anak-anak manusia ataupun sehebat-hebatnya mereka dalam segala hal yang mereka
miliki, jika mereka ditimpa kesusahan dan menderita karena penyakit lahir dan batin,
mereka pasti merindukan kedamaian, kesembuhan dan ketenangan. Pada saat seperti
ini mereka rindu akan hadirnya Tuhan atau orang lain yang bisa membebaskan
mereka dari keadaan seperti itu.
Salah
satu tokoh pembebas dalam perjanjian lama adalah nabi Elia, seorang nabi yang
penuh dengan kasih karunia Allah, nabi yang amat disegani karena
mujizat-mujizat yang dikerjakan Tuhan dalam pelayanannya. Kitab Sirakh dalam
bacaan pertama hari ini menyoroti nabi ini secara khusus bahkan memujinya
sebagai mabi yang luar biasa hebatnya. “Betapa
mulialah engkau, hai Elia, dengan segala mujizatmu, dan siapa boleh
bermegah-megah bahwa sama dengan dikau......Engkau tercantum dalam
ancaman-ancaman tentang masa depan untuk meredakan kemurkaan sebelum meletus,
dan mengembalikan hati bapa kepada anaknya serta memulihkan segala suku Yakub. Berbahagialah
orang yang telah melihat dikau, dan yang meninggal dengan kasih mereka, sebab
kamipun pasti akan hidup pula” (Sir 48:1-4.9-11). Kehadirannya selalu
dirindukan oleh bangsa Israel sesudahnya, karena di saat mereka mengalami
penderitaan kuasa Allah yang bekerja di dalam dirinya, kiranya boleh hadir lagi
dalam diri siapa saja yang dipilih Tuhan untuk menyatakannya, apalagi di saat
mereka berada di tempat pembuangan. Orang yang menderita selalu rindu
mujizat-Nya.
Saat
Yesus hidup bangsa Israel tengah berada di bawah pemerintahan Romawi yang
kejam. Mereka boleh menangkap, menyiksa bahkan membunuh siapa saja yang mereka
anggap membangkang atau memberontak. Pada zaman itu tak ada gerakan hak azasi
manusia, selain berlakunya hukum rimba. Yang lebih kuat akan menang, yang lemah
akan binasa. Ketika Yohanes Pembaptis dan Yesus mulai bekerja dan menunjukkan
kuasa Allah seperti nabi Elia, ahli-ahli Taurat masih mengharapkan Elia akan
datang. Para murid lalu bertanya kepada Yesus: mereka mengatakan bahwa sebelum Mesias datang, dia akan didahului oleh
nabi Elia. Yesus menjawab mereka, dia sudah datang tetapi mereka tidak
mengenalnya. Itulah Yohanes Pembaptis. Mereka tidak mengenal dia dan juga Yesus
karena mata hati dan pikiran mereka telah digerogoti oleh hawa nafsu kekuasaan.
Mujizat demi mujizat telah dilakukan Yesus tetapi tetap saja mereka tidak mau
mengakui bahwa inilah Mesias (Mat 17:10-13).
Pada
zaman ini kejahatan dan penderitaan serta aneka gangguan lainnya muncul di
mana-mana. Tiada hari tanpa adanya berita tentang kejahatan dan kesusahan. Harapan
kita akan datangnya Sang Juru Selamat juga semakin meningkat. Namun ada yang
mengharapkannya dengan sungguh-sungguh, ada yang asal-asal karena masih terikat
pada kuasa daging, ada yang memang tidak mau tahu bahkan mereka menjadi sumber
ketidaknyamanan bagi orang lain. Bagi yang bersungguh-sungguh mari kita berdoa
agar Tuhan yang hadir dalam diri kita masing-masing diberi kesempatan untuk
mengerjakan mujizat-Nya. Amin