Dalam perang dunia maupun perang dalam suatu negara,
seperti yang kini masih terjadi di Suria, banyak anak menjadi korban. Mereka mati
terkena peluru nyasar atau mati tertembak dengan sengaja, ketika mereka yang
terlibat perang menembakkan pelurunya secara membabi buta sehingga banyak anak
yang tak bersalah sungguh-sungguh menjadi korban perang. Demikian pun yang terjadi
di Samarinda pada bulan Nopember lalu, ketika lima anak kecil menjadi sasaran
bom di sebuah Gereja. Mereka tak bersalah sedikitpun tetapi menjadi korban
dendam dari para teroris yang ingin mengacaukan negara ini. Ya, ada banyak
cerita di mana-mana di seluruh dunia di mana nyawa anak menjadi korban
kejahatan perang, pembunuhan, penculikan, penembakan dll. Amat menyedihkan.
Demikian pun ratusan anak Betlehem menjadi korban
keganasan raja Herodes ketika ia merasa tertipu oleh tiga orang majus yang
tidak mau mampir lagi ke istananya waktu kembali ke negeri asal mereka. Merasa terhina
oleh kejadian ini, Herodes melampiaskan kemarahannya dengan menyuruh para
serdadunya untuk membunuh semua anak kecil yang berusia 2 tahun ke bawah di
kota Betlehem. Target pembunuhan itu sesungguhnya pada Yesus yang baru lahir,
tetapi karena identitas orang tua dan rumahnya tidak diketahui maka Herodes
berang dan menyuruh membunuh siapa saja. Sungguh kejam dan keji, sebab
anak-anak ini tak bersalah sedikit pun demikian pun orang tua mereka. Namun demi
gengsi dan kuasa Herodes melakukan tindakan itu (Mat 2: 13-18).
Andaikan peristiwa di atas terjadi pada zaman modern
seperti sekarang ini Herodes bakal dituntut melanggar HAM (Hak Asasi Manusia). Akan
tetapi bila merujuk pada pernyataan rasul Yohanes dalam suratnya pada bacaan
pertama hari ini, Herodes dicap sebagai pendusta sebab dia melakukan tindakan
jahat, tindakan yang tidak sesuai dengan kebenaran hukum (1 Yoh 2:3-11). Bila ia
merasa ditipu oleh tiga orang majus seharusnya dia berusaha mencari mereka,
tetapi hal itu tidak dilakukannya malah membunuh anak-anak tak bersalah.
Di dunia ini ada banyak kejadian yang tidak adil. Hal-hal
ini disebabkan oleh longgarnya nilai hukum yang sesungguhnya menjadi pedoman utama
untuk mengatur cara hidup bagi setiap warga negaranya. Akibatnya banyak orang yang
tidak bersalah menjadi korban dari perbuatan mereka yang senang hidup dalam kejahatan.
Pemerintahan baru kita di bawah pimpinan Jokowi – JK ingin memperbaiki situasi
ini namun kini mereka dihadang dengan persengkokolan jahat yang takut pada
kebenaran. Jikalau persekongkolan jahat ini tidak diberantas maka cita-cita
untuk mencapai kemakmuran dan kesejahteraan bagi seluruh rakyat tidak bakal
terwujud. Orang-orang kecil dan anak-anak akan tetap menjadi korban dari
kejahatan-kejahatan itu.