Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!

Sabda-MU, Terang Bagi Jalan-ku…!
❝ Your Word is A Lamp for My Feet, A Light for My Path. ❞     「Psalm 119:105  —  The New American Bible, Revised Edition (NABRE).」

Alkitab On-Line

 

Alkitab On-Line :

Ketik Kata atau Ayat :

Alkitab    Bahan

Amazon Associates Rotating Banner

Search Engines with English Only

Kamis, Desember 29, 2016

DUSTA OH DUSTA !



Dalam sepuluh perintah Allah, yang ditulis oleh Musa pada dua loh batu, salah satu perintahnya berbunyi: “Jangan bersaksi dusta”. Perintah ini tertulis pada nomor delapan. Jika perintah ini dilanggar maka seseorang bersalah karena melakukan dusta, tipu. Bila dusta dihubungkan dengan sifat seseorang maka orang itu akan dicap orang yang tidak jujur, suka berkelit, peta lidah atau disebut pembohong, penipu. Orang-orang yang biasa menipu biasanya tidak sadar bahwa mereka menjadi bantal iblis karena dalam Kitab Suci setan disebut sebagai “pendusta dan bapa dari segala dusta”. Yohanes menulis dalam Injilnya: “Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran. Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah pendusta dan bapa segala dusta” (Yoh 8:44).

Kita tahu dusta punya efek sosial yang sangat buruk, antara lain misalnya: hubungan persahabatan yang sebelumnya sangat baik bisa menjadi terputus kalau ketahuan bahwa kita mengkhianati perahabatan itu dengan menipu, berbohong. Karena itu pepatah Indonesia mengatakan: “sekali lancung ke ujian seumur hidup orang tidak percaya”. Mengapa orang tidak percaya? Dengan berdusta seseorang mengingkari kesepakatan atau perjanjian sehingga mendatangkan kerugian pada orang lain yang menjadi sasaran dari dusta yang dilakukan.

Bacaan pertama hari ini berbicara tentang dusta dalam hubungan dengan pengenalan akan Allah. “Barangsiapa berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran”. Itu berarti kalau kita mengenal Allah dengan segala kebenaran-Nya kita wajib mentaati hukum-hukum-Nya. Tetapi kalau kita mengatakan mengenal Dia tetapi tidak melaksanakan hukum-hukum-Nya, kita disebut pendusta dan di dalam kita tak ada kebenaran. Mengenal Allah dan kebenaran-Nya hendaknya berbanding lurus ata sejalan dengan ketaatan kepada hukum-hukum Allah. Karena itu ayat berikutnya Yohanes mengatakan: “Tetapi barangsiapa menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah; dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia” (bdk 1 Yoh 2:3-11).

Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi Allah. Itu kewajiban dalam hukum Taurat Musa. Yosef dan Maria melakukan hajatan tersebut bagi Anak yang baru lahir itu. Di kota itu hidup seorang bernama Simeon, ia seorang yang amat saleh dan penuh Roh Kudus. Roh Kudus sudah memberitahu Dia bahwa sebelum mati ia akan melihat Mesias. Hari itu ia digerakkan Roh Kudus datang juga ke kenisah. Ketika menatang anak itu ia bernubuat bahwa anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak orang di Israel.....” Simeon telah menyaksikan peristiwa itu dan ia pun mengatakan kebenarannya. Tuhan telah berjanji kepadanya dan ia telah mengalami pemenuhan janji itu. Tuhan sungguh setia pada janji-Nya dan kini Tuhan memenuhinya. Tuhan tak pernah berkata dusta sebab Tuhan adalah kebenaran dan sumber kebenaran itu, tetapi Iblis adalah pendusta dan sumber dari segala dusta.  

Adhitz Ads