Dalam sepuluh perintah Allah, yang ditulis oleh Musa
pada dua loh batu, salah satu perintahnya berbunyi: “Jangan bersaksi dusta”. Perintah
ini tertulis pada nomor delapan. Jika perintah ini dilanggar maka seseorang
bersalah karena melakukan dusta, tipu. Bila dusta dihubungkan dengan sifat
seseorang maka orang itu akan dicap orang yang tidak jujur, suka berkelit, peta
lidah atau disebut pembohong, penipu. Orang-orang yang biasa menipu biasanya
tidak sadar bahwa mereka menjadi bantal iblis karena dalam Kitab Suci setan
disebut sebagai “pendusta dan bapa dari segala dusta”. Yohanes menulis dalam Injilnya:
“Iblislah yang menjadi bapamu dan kamu
ingin melakukan keinginan-keinginan bapamu. Ia adalah pembunuh manusia sejak
semula dan tidak hidup dalam kebenaran, sebab di dalam dia tidak ada kebenaran.
Apabila ia berkata dusta, ia berkata atas kehendaknya sendiri, sebab ia adalah
pendusta dan bapa segala dusta” (Yoh 8:44).
Kita tahu dusta punya efek sosial yang sangat buruk,
antara lain misalnya: hubungan persahabatan yang sebelumnya sangat baik bisa menjadi
terputus kalau ketahuan bahwa kita mengkhianati perahabatan itu dengan menipu,
berbohong. Karena itu pepatah Indonesia mengatakan: “sekali lancung ke ujian seumur hidup orang tidak percaya”. Mengapa
orang tidak percaya? Dengan berdusta seseorang mengingkari kesepakatan atau
perjanjian sehingga mendatangkan kerugian pada orang lain yang menjadi sasaran
dari dusta yang dilakukan.
Bacaan pertama hari ini berbicara tentang dusta dalam
hubungan dengan pengenalan akan Allah. “Barangsiapa
berkata: Aku mengenal Dia, tetapi ia tidak menuruti perintah-Nya, ia adalah
seorang pendusta dan di dalamnya tidak ada kebenaran”. Itu berarti kalau
kita mengenal Allah dengan segala kebenaran-Nya kita wajib mentaati
hukum-hukum-Nya. Tetapi kalau kita mengatakan mengenal Dia tetapi tidak
melaksanakan hukum-hukum-Nya, kita disebut pendusta dan di dalam kita tak ada
kebenaran. Mengenal Allah dan kebenaran-Nya hendaknya berbanding lurus ata
sejalan dengan ketaatan kepada hukum-hukum Allah. Karena itu ayat berikutnya
Yohanes mengatakan: “Tetapi barangsiapa
menuruti firman-Nya, di dalam orang itu sungguh sudah sempurna kasih Allah;
dengan itulah kita ketahui, bahwa kita ada di dalam Dia” (bdk 1 Yoh 2:3-11).
Semua anak laki-laki sulung harus dikuduskan bagi
Allah. Itu kewajiban dalam hukum Taurat Musa. Yosef dan Maria melakukan hajatan
tersebut bagi Anak yang baru lahir itu. Di kota itu hidup seorang bernama
Simeon, ia seorang yang amat saleh dan penuh Roh Kudus. Roh Kudus sudah
memberitahu Dia bahwa sebelum mati ia akan melihat Mesias. Hari itu ia
digerakkan Roh Kudus datang juga ke kenisah. Ketika menatang anak itu ia
bernubuat bahwa anak ini ditentukan untuk menjatuhkan atau membangkitkan banyak
orang di Israel.....” Simeon telah menyaksikan peristiwa itu dan ia pun
mengatakan kebenarannya. Tuhan telah berjanji kepadanya dan ia telah mengalami
pemenuhan janji itu. Tuhan sungguh setia pada janji-Nya dan kini Tuhan
memenuhinya. Tuhan tak pernah berkata dusta sebab Tuhan adalah kebenaran dan
sumber kebenaran itu, tetapi Iblis adalah pendusta dan sumber dari segala
dusta.