Hari ini bahkan mulai pada malam, 24 Desember 2016,
ribuan orang datang dari pelbagai kampung, desa dan kota berkumpul untuk
merayakan ekaristi di pusat-pusat perayaan Natal baik di Gereja Katedral dan Gereja
Paroki maupun di Gereja Stasi serta komunitas-komunitas tertentu. Mereka semua,
umat Allah, datang dengan wajah sukacita untuk sama-sama berdoa, menyanyi,
memuji dan menyembah Sang Raja yang lahir di kandang hina. Koor-koor yang indah
dan semarak membuat suasana Natal menjadi semarak mulia dan menciptakan damai,
aroma kegembiraannya sangat terasa dan menyentuh hati. Tak ada rasa takut dan
cemas sebab pihak keamanan pun bersiap siaga di mana-mana. Sesungguhnya hanya
orang yang berhati jahat sajalah yang menilai bahwa ibadat doa kita ini dinilai
kafir dan kita semua adalah orang kafir. Pada hal negeri ini melalui
Kementerian Agama telah menerima kita semua sebagai umat yang ber-Tuhan dan
percaya kepada Allah yang mahakuasa dan mahaesa. Sudahlah, kafir atau tidak kafir
tetapi yang pasti bahwa buah ibadat kita selalu menciptakan damai. Orang bilang
di mana ada damai di situ ada Tuhan, di mana ada kebencian di situ ada setan.
Melalui Injil hari ini kita semua percaya bahwa “dalam
Yesus ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia”. Kehidupan yang diberikan
dan dijamin oleh Allah melalui Yesus Kristus adalah kehidupan yang membawa
terang. Ketika Dia memberi terang, kita mampu melihat jalan-Nya, ketika Dia memberi
terang kita merasa aman dan boleh bersukacita, ketika Dia menjadi terang,
segala kuasa kegelapan lari dan menyingkirkan diri karena mereka takut pada cahaya-Nya. karena
itu penulis KItab Ibrani bacaan kedua hari ini menegaskan: “Ia adalah cahaya kemuliaan Allah dan gambar wujud Allah dan menopang
segala yang ada dengan firman-Nya yang penuh kekuasaan. Dan setelah Ia selesai
mengadakan penyucian dosa, Ia duduk di sebelah kanan Yang Mahabesar, di tempat
yang tinggi, jauh lebih tinggi dari pada malaikat-malaikat, sama seperti nama
yang dikaruniakan kepada-Nya jauh lebih indah dari pada nama mereka” (bdk Ibr
1:1-6). Syukur kepada Tuhan karena Dia sudah melakukan yang terbaik untuk
keselamatan kita dan memang sesungguhnya Ia adalah Juru Selamat umat manusia.
Warta kedatangan-Nya sudah dinubuatkan oleh nabi
Yesaya, 8 abad sebelumnya. Dengan gembira dia mengatakan: “Betapa indahnya kelihatan dari puncak bukit-bukit kedatangan pembawa
berita, yang mengabarkan berita damai dan memberitakan kabar baik, yang
mengabarkan berita selamat dan berkata kepada Sion: Allahmu itu Raja!" Dengarlah suara orang-orang yang mengawal
engkau: mereka bersama-sama bersorak-sorai. Sebab dengan mata kepala sendiri
mereka melihat bagaimana TUHAN kembali ke Sion. Bergembiralah,
bersorak-sorailah bersama-sama, hai reruntuhan Yerusalem! Sebab TUHAN telah
menghibur umat-Nya, telah menebus Yerusalem” (bdk Yes 52:7-10). Dia datang
membawa berita damai, agar kita kembali kepada Bapa dan taat perintahNya. Sebab
Bapa yang memberi kita hidup dan Bapa itu juga yang menerima kita kembali dalam
kehidupan kekal.
Oleh jasa-Nya kita telah diangkat menjadi anak-anak
Allah yang tinggal dalam terang kehidupan Allah. Dia menjamin keselamatan kita
bukan saja saat ini tetapi selama-lamanya. Bila ada orang yang memusuhi dan
menolak kita, itu tidak lain karena mereka takut pada TERANG-NYA !