Saudagar
Leo adalah seorang pedagang hewan di kotanya. Ia memiliki banyak asset kekayaan
karena larisnya usaha menjual beli hewan. Ia membangun rumah yang bagus dan
besar. Ketika rumah itu selesai dibangun ia meminta uskup memberkatinya. Usai diberkati
ia dan istrinya tekun dalam doa bersama keluarga karena ia yakin
keberhasilannya itu terjadi oleh berkat Tuhan. Namun setelah usahanya maju
pesat, ia dan istrinya sangat sibuk dan mereka mulai tenggelam dalam kesenangan
pesta pora bersama sahabat-sahabat dekat. Hidup doa dilupakan, ekaristi minggu
diabaikan, tugas sosial kemasyarakatan tidak dijalankan lagi. Suatu ketika datanglah mala petaka besar, pak Leo jatuh dalam perselingkuhan dengan istri teman dekatnya. Prahara ini
tak bisa diatasi sehingga mengakibatkan perceraian. Rumah tangga yang tadinya
dibangun atas dasar yang bagus kini runtuh karena prahara dosa yang menggoncangkan.
Firman
Tuhan hari ini, baik bacaan pertama maupun Injil tidak bermaksud untuk berbicara
tentang kota yang sesungguhnya. Baik nabi Yesaya maupun Tuhan Yesus menyebut
kota hanya sebagai analogi tentang bagaimana manusia harus membangun imannya di
atas dasar yang kokoh agar tidak mudah dipengaruhi oleh ajaran asing yang
membuat mereka murtad atau menyembah dewa-dewa lain. Sebab datangnya mala
petaka atas bangsa Israel tidak lain karena mereka tidak setia lagi kepada
hukum Tuhan yang diwariskan nenek moyang mereka tetapi mereka mengikuti
pengaruh bangsa lain dan ikut menyembah berhala.
Yesaya
ingin agar bangsa yang ada di Babylon harus bertobat dan membaharui diri dengan
mengulangi janji setia hanya kepada Tuhan. Yesaya berseru: “Percayalah kepada TUHAN selama-lamanya, sebab TUHAN ALLAH adalah
gunung batu yang kekal”. Sejak Abraham, Isaak dan Yakub orang Israel hanya
mengenal iman akan Allah, bukan dewa dewi dari bangsa asing. Tetapi ketika anak
cucu mereka beralih keyakinan kepada dewa-dewi bangsa asing maka ambruklah
pertahanan mereka untuk menyembah Allah yang benar. Pikiran dan hati mereka
dikacaukan, hukum-hukum diabaikan, moralitas bangsa runtuh sebab mereka hidup
dalam dosa. Dosa mengakibatkan kejatuhan demi kejatuhan (bdk Yes 26:1-6)
Tuhan
Yesus dalam wejangan-Nya hari ini mengingatkan para pendengar-Nya bahwa tidak
ada privilese tertentu yang memungkinkan semua orang yang menyebut nama Tuhan itu otomatis
masuk surga atau diselamatkan. Ia menekankan pentingnya sikap mendengar dan bertindak
sesuai kehendak Tuhan. Itu ibarat orang yang mendirikan rumahnya dii atas batu
(kokoh, kuat). Iman yang teguh dibangun bukan saja atas dasar sebuah pengakuan
di bibir melainkan harus terwujud dalam praktek hidup yang sesuai kehendak
Allah (Mat 7:24-27). Meminjam ungkapan St. Yakobus: iman tanpa perbuatan pada
hakekatnya adalah mati. Kota yang kuat hendaknya dibangun atas dasar yang kokoh,
sedangkan iman yang teguh hendaknya dibangun atas tindakan yang nyata.