Namun
orang-orang atheis sendiri juga yang dalam 50 tahun terakhir mengadakan
penelitian ilmiah tentang sejarah Yesus Kristus. Mereka mengambil cerita-cerita
kuno, dari pengarang Kitab Suci, perjanjian lama dan baru, dan membandingkannya
dengan sejarah raja-raja pada masa itu, akhirnya mereka berkesimpulan bahwa
andaikata Yesus Kristus tidak pernah ada namun pertanyaannya: Mengapa ada
begitu buku yang menulis tentang Dia, mengapa Kitab Sucinya telah diterjemahkan
ke dalam ribuan bahasa, mengapa para pengikutnya rela melakukan segala yang
baik atas nama-Nya, mengapa agama Kristen itu begitu berkembang? Dari kenyataan-kenyataan
itu akhirnya mereka berkesimpulan, Yesus pernah ada, berasal dari Nasareth,
ayah ibunya Yosef dan Maria, karya-karya-Nya hebat, Ia pernah menderita di salib, wafat dan kemudian
bangkit lagi.
Lebih
hebat dari semua kesimpulan di atas yaitu bahwa kedatangan-Nya telah dinubuatkan
berulang-ulang 8 abad lebih dahulu oleh para nabi, seperti halnya dalam nubuat nabi
Yesaya dalam bacaan pertama hari ini. “Sesungguhnya,
seorang perempuan muda mengandung dan akan melahirkan seorang anak laki-laki,
dan ia akan menamakan Dia Imanuel” (bdk Yes 7:10-14).
8
abad kemudian nubuat benar-benar terwujud ketika Maria mengandung seorang anak laki-laki
oleh kuasa Roh Kudus. Ia hidup dalam satu keluarga kecil, bersama Yosef dan
Maria. Hebatnya bahwa keluarga ini terbentuk bukan atas dasar keinginan manusia
melainkan atas perintah Tuhan, yaitu Yosef harus menerima Maria menjadi istrinya,
agar Maria tidak dituduh melanggar hukum Yahudi, melahirkan anak tanpa ayah (bdk
Mat 1:18-24). Matius menulis kisah ini untuk mengingatkan bangsa Yahudi bahwa
Yesus itu benar-benar Mesias yang dijanjikan oleh Tuhan sendiri. Karena itu
bukanlah dosa atau murtad kalau orang yang beragama Yahudi mau mengakui Yesus
sebagai Tuhan dan Mesias.
Paulus
seorang ahli taurat dalam surat kepada orang Roma hari ini mengakui bahwa Yesus
Kristus itu keturunan Daud. Ia telah dijanjikan melalui para nabi. Melalui Dia
kita semua dipanggil kepada kekudusan sebab Dialah yang menebus dosa melalui
wafat dan kebangkitan-Nya (Rom 1:1-7).
Ditinjau
dari semua kesaksian ini maka kesangsian orang-orang atheis itu sesungguhnya
tidak berdasar dan mereka sendiri telah menemukan bukti sejarah bahwa Yesus
pernah hidup, berkarya, menderita, wafat tetapi bangkit lagi. karena itu
perayaan Natal yang akan kita rayakan seminggu lagi bukanlah suatu yang sia-sia
melainkan perayaan otentik untuk mengenangkan Yesus, Anak Allah, telah datang
menyelamatkan kita melalui perbuatan-Nya yang ajaib.