Saat
ini mata dan hati banyak orang di negeri ini bahkan dari seluruh dunia tertuju
ke Jakarta. Semua orang ingin menyaksikan dan mendengar apakah keadilan akan
sungguh-sungguh ditegakkan dalam perkara dugaan penistaan agama oleh saudara
kita, Basuki Cahaya Purnama alias Ahok ataukah keadilan itu akan dikalahkan
oleh tekanan massa? Semua orang yang
berkehendak baik selalu berharap bahwa keadilan yang dilahirkan dalam keputusannya
nanti terjadi berdasarkan kehendak Tuhan melalui pertimbangan hukum yang benar
dan adil.
Melalui
nabi Yesaya hari ini Tuhan menegaskan esensi diri-Nya sebagai berikut: “Akulah TUHAN dan tidak ada yang lain, yang
menjadikan terang dan menciptakan gelap, yang menjadikan nasib mujur dan
menciptakan nasib malang; Akulah TUHAN yang membuat semuanya ini”. Lalu
Yesaya melanjutkan seruannya dengan berkata: “Hai langit, teteskanlah keadilan dari atas, dan baiklah awan-awan
mencurahkannya! Baiklah bumi membukakan diri dan bertunaskan keselamatan, dan
baiklah ditumbuhkannya keadilan! Akulah TUHAN yang menciptakan semuanya
ini." Sabda dan seruan ini disampaikan Yesaya pada saat orang Israel
berada dalam tekanan ketidakadilan di tempat pembuangan. Tuhan mahaadil, namun keadilan
itu tidak dapat tercipta dan dirasakan ketika manusia menyelewengkan keadilan
itu demi kekuasaan dan kepuasan diri. Supaya keadilan tercipta maka kita yang
rindu akan keadilan itu hendaknya bersatu dalam permohonan: Hai langit,
teteskanlah keadilanmu dari atas, dan baiklah awan-awan mencurahkannya! (Yes
45:6b-8.18.21-25)
Dari
dalam penjara Yohanes Pembaptis mengharapkan datangnya keadilan atas dirinya
yang dipenjarakan tanpa salah. Ia pun mengutus para muridnya untuk bertanya
pada Yesus, apakah Engkau yang kami tunggu ataukah masih ada orang lain. Meskipun
jawaban Yesus sifatnya sangat implisit, tetapi dia mengerti jawaban itu sudah
sesuai dengan nubuat para nabi dalam perjanjian lama, Yohanes kini tahu dengan
pasti bahwa Yesus itu Mesias, Juru Selamat itu sudah datang dan tidak perlu
ditunggu lagi. Jawaban itu membuat Yohanes nyaman dalam menjalani hukumannya
karena dia juga tahu bahwa Yesus akan lebih menderita dari dirinya (Luk 7:9-23).
St.
Yohanes Salib yang pestanya kita peringati hari ini juga pernah mengalami
ketidakadilan itu dari sesama anggota kongregasinya. Ia dipenjarakan karena
berniat membaharui regula ordonya. Namun penjara yang gelap itu telah memberi
dia pengalaman rohani yang dalam sekali, sehingga ia menjadi mistikus dalam
Gereja sekaligus pujangga Gereja. Ide pembaharuannya terwujud dan namanya
dikenang sepanjang masa sebagai orang kudus yang hebat dalam Gereja.
Pada
zaman ini dunia kita menderita banyak karena ketidakadilan dan kekejaman. Banyak
orang tidak menghargai lagi hukum Tuhan dan hukum-hukum positip. Tidak takut
dosa demi nama, kuasa, uang dan kekayaan. Sementara itu provokasi dunia maya
telah menimbulkan banyak prahara di mana-mana, sebaran berita negatipnya telah menyulut
banyak orang untuk hidup dalam amarah, benci, dendam. Akibatnya komunitas
manusia akan menjadi terpecah belah dan hidup dalam permusuhan satu dengan yang
lain. Karena itu marilah kita sepakat untuk bersatu dalam seruan Yesaya: Hai langit, teteskanlah keadilanmu dari
atas, dan baiklah awan-awan mencurahkannya, agar keadilan dan damai dapat
tercipta susul menyusul di tengah-tengah kami. Amin